30 November 2009
Tentang Seseorang ( Dian Sastro - AADC )
27 November 2009
Sembelihlah Sifat Kambing Yang Ada Pada Diri Kita
Disamping menyembelih hewan kurban, Idul Adha dijadikan alat untuk mengingat bahwa kita harus menyembelih sifat kambing yang ada dalam sifat kebinatangan manusia. Ya, manusia adalah binatang yang berpikir, begitulah beberapa Orang Bijak mendeskripsikan. Hanya saja, yang membedakan, manusia memiliki kemampuan nalar dan bahasa. Sedangkan, binatang yang lain tidak memiliki kemampuan bahasa dan nalar.
Balik ke topik, Apa yang dimaksud dengan sifat kambing yang menempel dalam diri manusia?
Manusia berwatak kambing adalah manusia tanpa tuntutan, pingin maunya sendiri. Menjadi anak buah, senangnya hanya mendemo; menjelek-jelekkan; dan jika bisa, melengserkan. Tetapi, jika giliran menjadi pemimpin, ujungnya sama saja; korupsi, manipulasi, kolusi, dan berbagai si si si lainnya. Kambing juga sulit dikendalikan. Kalau disuruh jalan sendiri, arahnya tak karuan arah. Ketika dituntun dari depan mereka tak mau jalan. Sementara itu, jika dituntun dari belakang, mereka malah belok ke kanan atau kiri. Lebih dari itu, jika melihat betina lain, mereka selalu ingin menjadikannya 'istri'. Begitu pula jika ada makanan, kambing tega menyerang yang lain agar tak kebagian.
Allah sebenarnya bukan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelih anaknya, Ismail. Tetapi, bermaksud mengajari manusia agar membunuh sifat-sifat kambing atau binatang, yang ada pada dirinya. Karena itu, ketika pedang hampir mengenai leher Nabi Ismail, Allah menggantinya dengan kambing.
Sedangkan, bagi kita, Belilah kambing yang baik untuk disembelih dan jangan dari uang korupsi atau mencuri. Kemudian, mengambing-hitamkan orang yang diberi sebagai ikut makan uang korupsi atau curian. Tindakan ini justru lebih buruk dari kambing hitam yang "dikambing-hitamkan".
Diintisari dari hasil pengajian PPI Perancis 27.11.2009
http://radiopengajian.com/chat-box/
26 November 2009
NOVEMBER RAIN
Aku memang bukan penggemar Guns N Roses, si penyanyi lagu November Rain. Dari band itu, aku hanya mengetahui mengenai Slash dan Sweet Child of Mine. Tapi entah kenapa, lagu itu bisa menjadi soundtrack hidupku bulan ini.
Bulan ini sedang merasa jauh dari Sang Pencipta, mungkin karena minimnya aktifitas keagaaman disini ditambah pula peluang dosa datang sangat besar. Aku tidak bisa menyalahkan keadaan juga, dan aku pun sudah berusaha menambah amalan aku. Tapi entah, perasaan itu masih menjadi sahabat akrab.
Tetesan lain nya adalah urusan kuliah. Entah, semakin aku kejar nilai bagus dalam aktifitas kuliahku, semakin susah diraih. Aku akhirnya sampai pada titik, learning experience is so much important than highest grade. Iya, proses belajar dan bertarung di negeri orang menjadi sesuatu pengalaman tapi bukan berarti aku mengesampingkan urusan kuliah ku untuk lulus.
Hal lain yang berhubungan dengan kesedihan adalah, ketika ayahku datang menjenguk dan dia harus kembali ke Daarmstadt. Huff. Dont wanna tell much about this. Sulit untuk menulis panjang-panjang.
Air mata kebahagian yang aku nikmati bulan ini adalah, aku terharu bisa melalui LDR dengan wanita itu. Aku, pria yang merasa bodoh dalam urusan cinta akhir nya pada bulan ini mencapai umur 3 bulan dalam hubungan ku dengan wanita itu. Alhamdulillah belum menemukan masalah, dan semoga Allah memudahkan langkahku kedepannya.
Tiga banding satu namun aku harus bangkit. Bismillah.
Gema Takbir Berkumandang Dalam Angan
Allahuakbar wa lilla hilham.
Malam ini terasa sunyi. Anganku melayang pada bayangan rumah yang berada di jalan Purnawarman 64 Bandung. Tempat aku dan keluarga menghabiskan waktu idul adha yang jatuh di penghujung minggu. Aku membayangkan senda gurau dan canda tawa keluarga besar. Besar dalam jumlah anggota keluarga dan besar dalam jumlah permasalahan.
Semenjak aku disini, telinga ini masih kerap mendengar permasalahan baru di keluarga ayahku. Entah, dulu ingin sekali lari dari masalah keluarga yang ada, namun sekarang aku justru merindukan itu. Yeah rite, you dont know what you’ve got till you miss it.
Memang, keluarga besar dari bapakku berbeda dengan keluarga besar dari ibuku. Dari ibuku lebih terasa nuansa islami nya. Di tempat keluarga besar ibuku, aku terbiasa melakukan takbiran bersama, berzikir lalu mendengarkan wejangan dari sang Kakek yang masih terlihat segar. Rasanya aku ingin berada di Dago saat ini juga. Tapi tidak dengan keluarga bapakku yang hanya ada perbincangan antar penghuni rumah.
Rutinitas ku pagi hari biasanya adalah rebutan kamar mandi. Memang aneh dan lucu saja kalo di ingat kembali. Rumah yang mempunyai 3 buah kamar mandi namun dikerubuti oleh 16 orang yang mempunyai tujuan sama, pergi sholat idul adha berjamaah.
Biasanya, aku yang paling belakang dalam urutan mandi, karena malas terburu-buru dan di gedor-gedor oleh anggota keluarga yang lain. Sambil menunggu urutan, aku biasanya memanaskan mesin mobil dan merapihkan interior sebelum digunakan anggota keluarga ku.
Berangkat menuju tempat sholat pun, biasanya mobil aku membuka jendela agar tetap terdengar sayup-sayup gema takbir. Pasca idul adha, aku kembali ke Purnawarman. Menghabiskan waktu hingga siang hari dengan menyantap ketupat dan opor. Setelah itu, biasanya kembali lagi ke Dago untuk pemotongan hewan qurban. Oh indahnya membayangkan itu semua.
Kini, hanya laptop yang memutar MP3 Holy Quran dan beberapa kertas dan bahan untuk presentasi esok hari. Sebagai kaum minoritas, tidak ada tanggal merah untuk Idul Adha esok hari. Aku hanya bisa sabar, ikhlas dan tetap berusaha agar dapat menyelesaikan studi ku. Membuat bayangan kumpul idul adha bisa menjadi sebuah aktifitas nyata di tahun mendatang.
Rennes, 9 Dzulhijjah 1431 H, 22.46
18 November 2009
Tiada Yang Akan Lebih Membahagiakan Hati Selain ..........
Akhir-akhir ini, hidupku terasa sedikit menejemukan. Mungkin karena tugas yang tak kunjung usai dan presentasi di depan mata serta harus menghadapi UAS.
Walau keadaan seperti ini, rasanya diri ini selalu mendapat suntikan semangat. Selain dari Ayah yang baru saja datang, Ibu yang mulai sering berkirim sms lagi, dan adekku yang mengirim email dengan laporan penting ga penting nya yang diiringi dengan barang titipan dan berita kejadian buruknya, aku pun mendapat support dari wanita itu. Iya, wanita yang mengisi hidupku dan membuatnya jadi lebih berwarna.
Aku tak pernah berhenti bersyukur bisa mendapatkan wanita seperti itu. Di pikiran ku saat ini adalah, betapa bahagia hati ini bisa memiliki wanita yang sholehah dan terus berusaha mencintai Sang Pencipta. Bagiku, tiada yang akan lebih membahagiakan hati selain daripada mencintai seseorang yang benar-benar mencintai Sang Pemilik Hati Tersebut.
Terima kasih ya Allah yang telah menghadirkan wanita itu.
KUNJUNGAN SINGKAT SANG AYAH
Berantakan kan kamar anaknya pak?
Tidak sekedar menjenguk, namun dia juga ingin tahu kampusku, membeli beberapa oleh-oleh dan juga melakukan inspeksi mendadak ke kamarku. Yang terakhir ini, karena aku terlalu banyak akan urusan kampus, membuat aku tidak punya banyak waktu untuk berbenah kamarku.
Just see my pict. Thanks a lot Dad for coming, See You at Our Country.
13 November 2009
PERNAHKAH KAU MERASA?
Misal, kita pasti semua tahu akan datang nya ajal namun kita masih merasakan ketakutan. Mungkin ajal itu bukan untuk kita namun untuk orang sekitar kita.
Pernahkah kau merasa bahwa lingkungan tidak mendukung untuk berbuat baik.
Misal, kita telah tahu segala konsekuensi dari perbuatan namu lingkungan kita justru menghalalkan itu.
Pernahkah kau merasa turun motivasi dalam berjuang karena ketakutan itu.
KULIAH DISINI PUN BERAWAL DARI MIMPI
Beberapa hari kemudian, aku dan teman baru ku yang berasal dari Indonesia disini membahas mengenai proses keberangkatan ke negeri Napoleon. Oleh sebab itu, aku mencoba untuk berbagi beberapa hal mengenai itu.
Keputusan aku untuk melanjutkan pendidikan S2 itu sudah dimulai dari Mei 2008. Tepat setelah pulang umroh akhirnya aku berani memutuskan untuk itu. Setelah sebelumnya, ayahku selalu mengajak berdiskusi tentang hal ini. Beliau menyarankan tiga negara yaitu, Belanda Jerman dan Perancis. Aku pun melakukan survey-survey hingga berakhir pada keinginan mengambil master di Swedia.
Dari lingkungan pertemanan aku di kampus, mereka belum mengetahui rencana ini. Sampai akhirnya, aku, Karim, Ifan dan Ira sedang makan bersama di Bebek Cabe Ijo di daerah Rawamangun. Mereka menyatakan keheranannya bahwa aku tidak ikut-ikutan heboh dalam mengirim CV untuk pekerjaan. Kejadian ini terjadi sebelum aku melaksanakan sidang skripsi, dan sudah lumrah terjadi di lingkungan kampus UI bahwa selalu mengirim CV sebelum lulus sehingga setelah wisuda dapat langsung bekerja.
Aku pun bercerita kepada mereka tentang rencana aku. Dari mulut mereka lah, aku yakin semua teman-teman kampusku baik dekat maupun tidak akhirnya mengetahui rencanaku ini. Tak lama setelah kejadian itu, aku kembali mendengar kabar bahwa, Mita, yang juga satu permainan dengan ku ingin melanjutkan studi di Eropa. Seolah mendapat teman satu tujuan, kami pun saling bertukar informasi dari pameran pendidikan hingga tempat kursus.
Kami pun memulai langkah perburuan. Rata-rata semua kampus di Eropa membutuhkan nilai TOEFL minimal 550. Jadilah langkah aku dimulai dengan mengambil kursus TOEFL. Karena saran dari sepupuku, aku memutuskan untuk bergabung dengan EEC atau English Education Centre. Tempat itu berkantor pusat di daerah Slipi namun aku mengambil kelas di kantor cabang di daerah Bintaro Sektor 7. Sekedar informasi tambahan, tempat TOEFL terbaik di Jakarta adalah Direct English di daerah Sudirman. Tempat itu menjadi pilihan teman kelas ku bernama Sasa yang sekarang akhirnya dia berada di Oxford, Inggris.
Perburuan juga dilakukan seperti mencari kampus lewat pameran di mulai dari benua Asia, Australia hingga Eropa. Biasanya dilakukan bulan Agustus hingga Desember. Tempatnya pun beragam dan biasanya di JCC, Hotel Four season ataupun Balai Kartini.
Beberapa bulan telah berlalu dan ternyata aku tidak mencapai targetku untuk kuliah di Swedia. Aku bertukar informasi dengan temanku yang bernama Wildan. Dia mempunyai niat untuk mengambil S2 di Perancis dan sedang dalam proses untuk ikut kursus bahasa. Ayahku pun sempat sebel karena dulu sempat menolak saran nya walau akhirnya dia mendukungku.
Kursus berjalan, proses pengiriman dokumen pun mengikuti perjalanan kursus ku. Proses itu dimulai dari pengiriman email as enquiry, lalu ternyata aku sangat beruntung, contact person dari kampus yang aku inginkan itu, mempunyai rekan di Jakarta. Aku pun menemui partner kampus tersebut yang bekerja untuk Edu Coach International bernama Madame Fida, begitulah aku memanggilnya.
Salah satu persyaratan yang harus aku lalui adalah interview dengan dekan di calon kampus aku. Guess what, itu dilakukan pada H-1 sebelum pemilu daaaannn saat Jamiroquai konser di Sentul. Aku pun melewatkan hal itu. Sebulan lebih setelah itu, akhirnya aku mendapat surat yang disebut Letter of Acceptance. Bahagia dan sedih bercampur seketika. Bahagia karena berhasil namun sedih karena menghitung hari saat-saat di Jakarta.
Setelah mendapat pengumuman, saatnya pengurusan visa. Prosesnya tidak sesulit yang saya kira. Bagian paling sulit adalah meminta surat jaminan atau surat pernyataan dari bank dan pembuatan travel insurance. Asuransi perjalanan rata-rata dibuat dengan tanggungan dalam bentuk dollar dan itu bisa berlaku untuk membuat visa ke Eropa.
Visa keluar, saatnya pergi.. Mungkin saya akan share detail nya di blog ya berbeda.. c u.
12 November 2009
APAKAH AIR MATA INI MENGERING?
Airmata adalah wujud ekspresi yang mempertemukan kesedihan dan kebahagiaan. Dengan air mata pula Allah melunakkan setiap qalbu hamba-hambaNya…
Teringat jelas, Januari 2006
Ketika aku meratapi segala masa lalu aku yang kelam
Kebahagiaan…ketika Allah karuniakan aku hidayah Nya
Namun…
Seiring dengan berjalannya waktu…
Terkadang air mata ini seolah mengering..
Raga dan pikiran kerap berbuat khilaf kembali
Tak ada lagi rintihan akan ratapan masa lalu yang dengannya Allah karuniakan kita untuk bertaubat
Kecemasan akan hari akhir yang Allah janjikan kedatangannya pun hanya muncul sekilas
Terkadang…aku tertipu dengan amal shaleh yang telah aku lakukan..
Seolah… itu telah berada pada titik impas dari keburukan aku...
Padahal..Aku..
Dosa dan kemaksiatan yang aku lakukan…
Sudah pasti tercatat dalam catatan masa lalu kita yang kelam
Namun,
Segala amal shaleh yang aku lakukan
Belum tentu Allah terima…
Iya, aku yakin karena amal shaleh yang aku lakukan belum tentu Allah terima,
Oleh karena itulah…aku sangat berharap padaMu
Disana ada tangisan untuk memohon dengan segenap diri agar Allah menerima setiap amal ibadah kita
Karena dosa dan kemaksiatan sudah pasti tercatat
Oleh karena itulah…disana ada rintihan seorang hamba
Yang terus memohon agar Allah mengampuni segala dosa-dosanya…
Hal kecil seperti zina mata, menjama’ sholat wajib dan jarangnya sholat tepat waktu dan masih banyak lagi yang aku yakin Allah Maha Mengetahui
Indahnya hidup ini hanya akan terasa saat kita merasakan Allah dalam setiap langkah dan tarikan nafas kita…
Selalu merasakan kasih sayang Nya dalam setiap episode kehidupan kita…
Membasahi setiap malam-malam kita..
Membasahi setiap pertemuan kita di penghujung malam
Menangis dalam gelap malam dimana saat itu hanya ada aku dan Dia…
Ungkapkanlah semua masalahmu pada Nya…
Karena Dia lah yang memiliki semua jalan keluar dari setiap masalahmu
Menangis bila malam tadi terlewat dari menangis kepada Nya…
Bila rasa kantuk menahanku untuk bangkit dan bermunajat
Karena sungguh..
Boleh jadi diri ini dinilai begitu hina sehingga tidak Allah berikan kesempatan untuk bersua dengannya…
Karena boleh jadi dosa-dosa kita di waktu siang yang menjadi penghalang kita mendapat kesempatan bermunajat kepada Nya…
Ya Allah…
Andaikata Engkau dapati hati ini begitu kotor sehingga keringlah air mata ini, bersihkanlah ia…
Sehingga diri ini dapat merasakan kembali indahnya bermunajat kepada Mu
Ya Allah..
Andaikata Engkau dapati hati ini dalam keadaan mati dan membusuk
Maka gantikanlah ia dengan hati yang baru…yang dengannya kami memulai kehidupan yang baru…
Dalam keagungan Mu kuharapkan kasih sayang Mu…
Cezembre 318, 22.41
-terinspirasi dari pengalaman, pemikiran pribadi dan sms seorang Bunda pengasuh FOSMA 165-
10 November 2009
kemampuan untuk menyesuaikan diri adakah kemampuan untuk tetap berdiri atas
Diluar pro kontra keadaan itu, biasanya otak aku memfilter apa yang aku saksikan dari tayangan itu. Beberapa menit yang lalu, aku sedang mengotak-ngatik folder laptop aku, dan ingin memindahkan data-data yang kuanggap tidak penting ke harddisc extrernal ku. Lalu aku menemukan file microsoft word berjudul "adaptasi dari MTGW". Rupanya aku mencatat isi acara itu. Acara yang disiarkan pada bulan Mei itu membahas topik berjudul adaptasi. Aku rasanya mencatat isi acara itu, karena ada hubungannya dengan rencana kuliahku.
Diawal acara, Mario Teguh berkata “kemampuan untuk menyesuaikan diri adakah kemampuan untuk tetap berdiri atas”. Jangan kita mengasumsikan berada diatas adalah menjadi seorang penguasa. Namun mari berpikir bahwa, roda kehidupan dan dunia usaha berputar dengan kecepatan dan kekuatan yang tidak teratur. Dan untuk dapat tetap berdiri tegak di dalam ketidakteraturan maka kita harus teratur dalam cara-cara penyesuaian dan pertumbuhan diri kita. Ingatlah bahwa pekawan dari ketidakteraturan adalah keteraturan. Itu sebabnya siapapun yang ingin menjadi pemilik dan pemimpin bagi kehidupannya sendiri, maka dia harus menteraturkan diri nya sendiri.
Dari hasil “ceramah” itu, aku pun menyimpulkan bahwa setelah mampu beradaptasi di negara ini, aku pun harus bisa hidup teratur. Hidup teratur menurut aku saat ini adalah, mampu mengatur waktu antara agama seoperti ibadah, urusan kuliah, urusan dengan pacar dan waktu senggang. Urusan kuliah bisa berupa tugas dan belajar. Lalu mengatur urusan kamar seperti cuci piring, masak, cuci pakaian dan menyetrika. Dan memanfaatkan waktu lenggang atau kosong untuk hiburan seperti browsing atau chat.
Lalu, bagaimana hasilnya? Aku rasa bila mengacu pada definisi yang aku buat sendiri, rasanya aku belum bisa hidup teratur, namun jauh lebih baik dari waktu hidupku di Jakarta. Saat ini, tugas terkadang keteteran atau mungkin memang tugasnya banyak. Tapi dulu, aku mengerjakan tugas justru di kampus. Urusan rumah seperti memasak terkadang masih terbengkalai dan apabila aku sedang malas masak, pasti pada akhirnya mencari makanan simple seperti telor atau omlet. Di Jakarta saat itu, aku pasti mengandalkan pembantu atau ibuku. Untuk urusan setrika, aku lakukan di akhir pekan. Aku yakin di Jakarta, aku menyetrika apabila aku ingin pergi ke undangan saja. Sedangkan urusan dengan pacar, aku menyempatkan mengirim email atau sms apabila sulit untuk membuka laptop. Untuk urusan yang terakhir ini, aku pun masih terbantu dengan fasilitas telepon gratis ke Indonesia kepunyaan temanku asal Indonesia juga. Aku yakin, apabila di Jakarta, pasti aku akan lebih sering keluyuran entah dengan pacar atau teman.
Untuk urusan ibadah, aku cukup bersyukur mempunyai jadwal sholat waktu setempat dan posisi masjid bisa dibilang lumayan deket dengan tempat tinggalku. Masalah yang acap kali aku jumpai adalah, men jama’ solat zuhur dan ashar di hari selasa dan di hari yang aku mempunyai jadwal kuliah siang. Untuk sholat jumat, sejauh ini aku baru sekali melewatkannya karena alasan kuliah juga. Aku pun bersyukur disini, faktor cuaca membuat aku bisa untuk menambah amalan puasa sunnah. Terakhir, aku pun menemukan support group baru yaitu Pengajian Online yang biasa diadakan hari Jumat dan Sabtu malam waktu setempat. Dibandingkan dulu, aku memang jadi lebih jarang sholat berjamaah di masjid.
Semoga keteraturan yang sedikit lebih baik dari waktu di Jakarta dan kecepatan dalam beradaptasi ini, bisa bertahan lama terutama ketika aku kembali ke tanah air Indonesia.
09 November 2009
Yestrday, Present, and Future
Tomorrow is a mystery.
Today is a gift, that's why we call it the present.
Mungkin sudah banyak yang tahu mengenai quotes itu. Aku sangat senang sekali maksud dari kalimat itu. Sejak beberapa bulan membuat account facebook, aku menjadikan itu sebagai quotes di dalam profilku. Hidup ini memang penuh misteri. Allah menciptakan ini semua sebagai bentuk qadha dan qadar nya, kita harus menjalani dengan usaha dan menerima hasil yang kita lakukan. Bila tidak sesuai, kita harus koreksi dan menjalankan prinsip ikhlas.
Berkaitan dengan misteri hidup. Hal yang sama pun aku alami saat diriku bertemu dengan wanita itu. Aku masih tak menyangka bisa menemukan wanita yang menurutku sholehah. Kami yang dulu nya hanya teman bahkan menurutnya aku seorang stranger bagi dia, sekarang justru kami menjalin cinta. Aneh tapi nyata dan aku sangat bersyukur. Ingin mengutip quotes diatas, apabila aku umpamakan diriku dengan wanita itu, maka
"Yesterday, we were a friend (or a stranger maybe). Today is Lover. Future, I am hoping we'll become a parents for happy family. Amin."
Teringat saat hari dimana aku mengutarakan perasaan pada wanita itu. Kami berangkat dengan tujuan "chasing sunset". Saat ini, aku yang berada jauh dari wanita itu kembali melakukan misi pengejaran, "chasing 2011". Iya, itu tahun dimana aku harus lulus dan sudah mengumpukan modal untuk mewujudkan masa depanku dengan wanita itu. Termasuk menjadi imam bagi nya.
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
08 November 2009
SEANDAINYA AKU BISA BERTANYA KEPADA ALLAH SWT
Komputer menyala, YM terhubung dan mulai memperhatikan status dari teman-temanku. Kadang, status YM temanku, sedikit banyak menggambarkan mood orang tersebut atau keadaan kota Jakarta. Keadan kota itu yang lebih aku ingin tahu sebelum membuka situs detik.com atau kompas.com.
Dari beberapa nama temanku, ada satu status YM yang cukup menggelitik. Datang dari Gupta Gautama. Dia ini teman dekatku waktu jaman SMP. Sering bercanda barang dan kita mendapat julukan “super-sub” dalam tim sepakbola kami, waktu itu. Temanku ini memasang status YM dengan tulisan “Letter To God”. Lantas aku menggelengkan kepalaku, aneh-aneh saja kelakuan temanku itu. Berdoa dong abis solat. Bisikku dalam hati.
Tapi keanehan itu cukup membuatku berpikir. Sejak pindah ke Perancis, otak dan hatiku menyimpan banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan untuk Sang Pencipta. Dari kehidupan bebas negara ini sampai hal kecil lainnya. Aku pun berpikiran, seandainya aku bisa mengirmkan surat kepada Allah. Ah tidak, jangan surat. Karena saat ini, media FB dan YM menjadi jurus ampuh untuk berkomunikasi dengan sesama hambaNya.
Apapun itu, di benakku terbesit banyak pertanyaan yang ingin Tuhanku jawab saat ini. Namun setelah ku berpikir ulang, nampaknya semua pertanyaan itu menjadi tak penting, apalagi yang berhubungan dengan negara ini. Akhirnya, aku justru menemukan sebuah pertanyaan yang sangat ingin dan cukup membuatku penasaran. That question is
“Seandainya, detik ini Allah mencabut nyawaku, aku ingin mengetahui, seberapa besar takaran amal kebaikan dan keburukan. Apabila sudah tau, apakah itu akan membawaku ke surga apa neraka”
Yaa, simple tapi mempunyai arti besar untukku. Kehidupan ini hanya sekali. Aku merupakan hamba Allah yang takut akan neraka dan aku yakin kalau aku masih belum pantas untuk masuk surga. Seandainya pertanyaanku itu bisa dijawab.
Walaupun pertanyaan itu rasanya hanya khayalan, lebih baik aku mengumpulkan modal untuk menuju surga nya Allah. Aku merasa disini, agak sulit mengumpulkan amalan dan bahkan peluang berbuat dosa justru lebih besar, contoh kecil adalah zina mata. Tidak seperti negara asalku, yang sangat mudah untuk mencari amal baik. Aku merasa, sholat berjamaah adalah cara terbaik disini, namun waktu kuliah yang berubah seiring pergesaran waktu, hal itu hanya bisa ku kejar di weekend. Maafkan aku Ya Allah atas pikiranku malam ini. Mudahkan ku untuk mencari RidhoMu. Aku akan berusaha, dan aku mengharapkan ridhoMu.
07 November 2009
PESAWAT ITU TERNYATA TERBANG KEMBALI
Setelah dia pulang, aku menghabiskan waktuku dengannya termasuk menjalankan misi ku. Beberapa tempat pun kami sambangi. Ratusan menitpun kami lewati bersama.
Namun, tidak terasa tiga minggu setelah hari kedatangannya. Tepat di hari Kamis juga, pesawat Etihad itu menjemput dan membawaku terbang ke benua tempat wanita itu sebelumnya. Ooooh, pesawat itu rupanya tidak berhenti namun terbang kembali dengan membawa pasangan dari wanita itu.
TWITTER is my enemy, BLOGSPOT as a new friend
Twitter merupakan bentuk mini dari blogspot. Berbeda dengan Twitter, Blogspot tidak ada batasan karakter dan bisa berupa jadi diary bagi penggunanya. Menurut pengandaian saya,apabila blog itu saya asumsikan sebagai olahraga sepakbola, maka Twitter merupakan bentuk olahraga tersebut berupa futsal.
Aku dapat dikatakan sebagai pengguna ataupun konsumen dari kedua situs itu. Dan baru aku sadari setelah aku menjadi blogspot freak, bahwa aku aktif dalam dunia blog dan microblog berkat ajakan dari seorang wanita yang mewarnai hidupku akhir-akhir ini.
Aku bersyukur dengan adanya kedua situs itu, karena aku bisa mengutarakan perasaan ku disini yang bisa dibilang sedang krisis akan teman curhat atau orang yang mau mendengar cerita sehari-hariku. Termasuk saat ini, dimana aku bosan akan kuliah di hari Sabtu. Blogspot menjadi tempat pelarian isi hatiku selain yang Maha Kuasa yang selalu mendengar dan melihat hambaNya yang sedang berjuang di negeri asing.
Aku bisa bebas berekspresi melalui blogspot. Awalnya aku hanya ingin menjadikan ini sebagai “my secret diary”, tapi tak apalah bila wanita itu membacanya karena aku percaya sama dia dan tidak akan memberitahukan cerita ini pada orang lain, at least hingga aku mau berbagi tentang blog ini.
Lalu kenapa aku menganggap Twitter itu sebagi musuh ku? Disaat teman-temanku banyak yang baru bergabung di situs microbloging tersebut, aku saat ini sudah mempunyai lebih dari 1000 postingan atau lebih dikenal dengan istilah tweet. Namun, makin hari terutama di jam makan siang dan weekend Indonesia, aku makin merasa twitter as a stranger. Dia tidak lagi bersahabat denganku. Banyak temanku terutama yang baru bergabung, bisa aku bilang norak. Mulai dari laporan sedang makan ini, pergi ke suatu tempat, nonton film tertentu, jalan ke konser ini, daaaaan yang paling membuat aku makin kesal adalah ketika diantara mereka memamerkan dirinya sedang bersama pacarnya. Hahaha. Rasa iri hinggap di hatiku.
Oleh sebab itu, aku sudah mulai mengurangi jumlah kunjungan terhadap situs kecuali aku mengetik www.twitter.com/nama wanita itu. Kadang aku suka tertawa dan terharu melihat beberapa tweet dari dia.
Disaat perasaan bosan makin menjadi, tak aku duga aku menerima sebuah SMS dari seorang bunda pengurus organisasi ku. Isinya berupa kalimat panjang agar tetap semangat dan untuk tetap senantiasa mengingat Allah dan tetap dijalanNya agar dimudahkan segala urusan. Spontan aku balas. Tak lama setelah pesan terkirim, aku mendapat SMS baru dari wanita itu. Dia sedang makan di sebuah tempat yang aku berkeinginan untuk kesana bersamanya. Aaaaaa,, aku mau cepat lulus, kembali ke Jakarta, mempunyai penghasilan dan mewujudkan semua anganku.
GANG KEDUA, BELOK KANAN MAS.
Jumat malam itu, aku berencana untuk kumpul-kumpul bersama teman kampusku untuk bertemu teman dan membahas acara sosial aku dan teman-temanku. Salah seorang dari kami ada yang berstatus mahasiswa S2 di Malaysia, kebetulan dia lagi ada di Jakarta saat itu. Panggil saja Fawwaz. Dia datang sehari sebelum itu, dan bukan kebetulan di waktu yang sama dengan wanita yang kusuka.
Sore itu, aku mendapat sms dari teman dekat, seorang perempuan, panggil saja Ira. Dia memberitahu kalau dia berangkat terlalu cepat dan meminta bertemu dengan aku. Baiklah aku ikuti keinginan dia, maklum rumah nya jauh dan aku iba kalau dia menunggu sendiri. Aku ajak lah dia makan di sebuah tempat yang terkenal akan jus strawberry nya. Tidak ada perbincangan spesial hingga kami menuju meeting point dengan teman-teman yang lain, sebuah kafe di wilayah Pondok Indah.
Dalam perjalanan, dia sempat menanyakan bagaimana kelanjutan cerita aku dengan wanita itu. Iya, Ira jadi salah satu temanku yang tahu bahwa aku mempunyai ketertarikan pada wanita berjilbab itu. Aku menjawab dengan santai, “Kemarin dia pulang Ra” dan dilanjutkan dengan tanggapan dari Ira, “wah senang dong lo, kok kemarin ga jemput?”. Rupanya dia lupa, bahwa kemarin kita melakukan survey ke tempat panti asuhan bersama-sama.
Obrolan ringan pun berlanjut sampai di pelataran parkir kafe tersebut dan terhenti karena bunyi pesan di smartphone ku. Ada pesan dari MSN rupanya. Ketika aku lihat, tertulis alamat email dari wanita itu dengan pesan “Hallo cowo”. Aku kaget bercampur senang, sambil berkata “Panjang umur nih cewe Ra” dan disambut oleh tertawa renyah dengan kalimat “jodoh tuh kali”.
Aku pun membalas pesan dari wanita itu sambil jalan menuju ke dalam kafe, “Hallo juga cewe”. Aku yang sudah tiba di kafe pun sedikit kehilangan konsentrasi dan melupakan Fawwaz yang harusnya sebagai main topic ku karena sibuk balas membalas pesan dari wanita itu. Oooh dunia rasa milik dua, mungkin angin akan berkata seperti itu bila aku mendengarnya.
Aktivitas itu terpaksa berhenti karena wanita itu harus melatih paduan suara bersama ibunya untuk acara syukuran di hari esok. Keluarga wanita itu rupanya membuat acara menyambut kepulangan wanita itu, dan aku menjadi salah satu undangan. Hatiku kaget. Saat itu juga, aku langsung menanyakan pendapat kepada Ira. Berbagai macam saran keluar melalui messenger di smartphone kami bersamaan dengan berjuta kebingungan di jiwa ku.
Kurasa wajar bila aku bingung, karena ketika aku bertanya kepada wanita itu siapa saja yang diundang, dia hanya menjawab keluarga, tetangga , dan beberapa sahabatnya. Lalu aku? Dimana posisi aku? Hatiku menduga-duga, mungkin Ia sudah menganggap ku lebih dari seorang teman biasa tapi di masih dibawah sahabat. Perasaan geer pun hinggap. Namun mendadak pudar ketika dia bertanya, “Ki, kalo ada caca, lo gpp kan?? Oiya kalo lo bingung ato males, gw gpp kok kalo lo ga dtg’’. Iya, dia menyebut nama perempuan yang pernah hadir sejenak dalam hidupku. Mendadak aku bingung akan dua kalimatnya itu. Tapi aku tetap akan niatku untuk tetap datang.
Selesai mandi, ragu kembali hinggap. Iseng-iseng berhadiah, aku mencoba menghubungi teman SMP ku yang berdomisili dekat dengan wanita pujaan ku itu. Aku meminta dia untuk menemaniku dan berhasil. Aku pergi kesana membawa teman. Eh tapi keraguan itu kembali datang. Mau bertemu dengan wanita yang aku suka, tapi kenapa perginya membawa teman perempuan. Huff. Tanggapan yang sama juga diiyakan oleh Anti, panggilan teman SMP ku itu. Tapi biarlah. Nanti aku akan jelaskan kepada wanita itu siapa Anti.
Masuk komplek perumahan wanita itu, aku semakin deg-degan. Karena sudah mendapat sms dari wanita itu yang menanyakan posisiku dimana dan aku nyasar. Akhirnya setelah berputar-putar, aku bertanya kepada satpam, “Pak Jalan Cucur Barat 7 mana ya?”.
Sepertinya, ayah dari wanita itu cukup terkenal dan acara nya bisa dibilang cukup besar. Dan ternyata benar dugaanku. Terdapat tenda. Aku pun memarkirkan mobil aku ditempat yang disarankan oleh satpam. Tak lupa mensemprotkan Acqua Di Gio ke bajuku terlebih dulu sebelum turun. Aku dan Anti pun turun. Aku kaget begitu melihat wanita itu. Lama tak jumpa ternyta dia lebih kurus dari terakhir kali aku melihatnya.
Chit-chat ringan diantara kita pun terjadi untuk pertama kalinya yang dilanjutkan dengan memperkenalkan aku dengan orang tua nya. Aku kaget, ternyta orang tua nya begitu easy going untuk ukuran orang tua. Cerita, makan dan aku tutup dengan ajakan jalan di beberapa hari kedepan. Dia pun mengangguk dan kami pun mengatur waktu first date kami, begitulah aku menyebutnya. Ketika aku mau pamit, dia mengajak aku melihat lantai atas rumah nya yang baru saja di renovasi tapi aku mengurungkan niat itu.
Aku pun pulang dari rumahnya menuju destinasi ku yang lain. Teman kampus ku mulai menuai curiga. Aku datang agak larut dan setelan agak rapih ditambah muka yang murah senyum. Apalagi, aku dan wanita itu sempat melanjutkan komunikasi dengan mengirim dan membalas pesan singkat lewat HP. Dia mengucapkan terima kasih diiringi info bahwa pria masa lalu nya tidak datang. 1-0 untuk aku, begitu pikirku.
Aku sangat mensyukuri keputusan aku untuk datang sabtu itu.
06 November 2009
I TOOK THE ONE LESS TRAVELED BY
Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth;
Then took the other, as just as fair,
And having perhaps the better claim,
Because it was grassy and wanted wear;
Though as for that the passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black.
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way,
I doubted if I should ever come back.
I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I--
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.
Phrase itu, sedikit banyak mempengaruhi aku dalam membuat keputusan melanjutkan kuliah lagi. Semua pendapat rata-rata menganjurkan untuk mencari kerja dulu agar dapat pengalaman, tapi tidak begitu dengan aku.
Sama seperti pendapat Robert Frost, aku lebih memilih jalan yang sedikit diambil dari orang kebanyakan dan membuat perbedaan. Aku tidak mau sombong dengan keputusan yang kita ambil. Tapi aku akan buktikan hasil keputusan aku yang berbeda dari kaum mayoritas, bahwa itu lebih baik. Soon..
05 November 2009
KETIKA 2 ORANG ITU BERTEMU
2 bulan
04 November 2009
dia, seperti apa yang aku inginkan
Hari itu, H-2 sebelum bulan Ramadhan. Aku memberanikan diri untuk mengajaknya jalan. Jalan yang bukan hanya sekedar jalan, itu yang ada di hati dan pikiranku. Ternyata, wanita itu sedang berpuasa. Aku tambahkan niat untuk menemani wanita itu berbuka puasa.
Bagiku, kesan pertama sangat menentukan. Mungkin hal itu berlaku bagi beberapa pria lain. Tapi diluar sana, belum tentu orang tahu bagaimana perasaanku saat itu. Bagaimana pikiranku bekerja. Pikiranku saat itu terus memikirkan hari itu, hari berikutnya dan tentang aku dan dia.
Ternyata, aku terlambat beberapa menit dari waktu yang telah ditentukan. Dia pun keluar dari rumah dengan suara agak parau. Rupanya dia tertidur. Akhirnya kami pun pergi setelah aku pamit izin dengan ibunya. Hati pun bertambah gusar melihat jalanan yang dilalui sangat padat terlebih matahari hampir tenggelam yang menandakan waktu berbuka untuknya akan tiba.
Mencoba membunuh waktu dengan diskusi dan pertanyaan berbau penyelidikan. Aku bertanya, “Jadi bagaimana dengan Miko?”. Anggap saja itu nama pria yang pernah mengisi hatinya. Kepalanya bergerak naik turun dan diiringi tarikan nafas. Seketika bibirnya pun mengucapkan kalimat yang membuat hatiku tersenyum. Pasti malaikat yang bisa membaca hatiku, pasti paham bahwa itu adalah langkah yang bagus untuk selanjutnya.
Hati ini kembali tersenyum karena berhasil tiba di tempat tujuan setelah melalui jalan tikus yang tak pernah diduga sebelumnya. Namun perasaan bersalah terus menghantuiku karena keterlambatanku membuatnya telat berbuka. Hari itu terus dilalui dengan cerita tentang dirinya yang sungguh menarik untuk didengarkan.
2 hari setelah itu, aku mengajaknya ke sebuah majelis untuk menambah ilmu agama. Awalnya, aku hanya mengetest saja. Setelah dua kali menelpon untuk memastikan, akhirnya dia mau. Hati ini tersenyum dan berkata “Jarang-jarang ada wanita yang mau aku ajak ke tempat seperti ini, semoga saja kami mempunyai visi yang sama”. Selesai acara di majelis itu, aku kembali mengantarkan dia pulang. Terbesit iseng-iseng berhadiah di pikiranku untuk mengajaknya ke acara aku dan teman-teman kampusku, Sahur bersama anak yatim. Sayangnya dia tidak bisa. Bukan masalah untuk aku, mungkin dia sungkan dengan lingkungan ku.
Setelah hari itu, aku sepertinya memantapkan niatku untuk menyatakan perasaanku padanya. Harus, mungkin kata yang lebih tepat. Sebelum aku pergi, sebelum aku menyesal dan sebelum dia mempunyai orang lain.
Tiga hari setelah itu. Aku kembali mengajaknya pergi sekaligus menepati janji yang telah aku buat sebelumnya. Tempat tujuan itu adalah tempat yang cukup romantis untuk melihat sunset di daerah utara Jakarta.
Bibirku saat itu lebih banyak terdiam. Pikiran dan hati kembali bekerja setelah mendengar beberapa kalimat dari dia, seperti rencananya di beberapa hari kedepan. Aku kaget. Kapan waktunya untuk aku yaa. Kapan aku harus mengutarakan perasaanku yaa. Dan kapan dan kapan lainnya.. Ratusan pertanyaan menghampiri aku.
Setibanya di tempat tujuan, kami pun langsung duduk di tempat yang telah aku pesan. Tempat yang menurut ku tepat untuk melihat pemandangan. Akhirnya kembali bercerita panjang lebar tentang aku dan dia. Hati ini akhirnya mempunyai keyakinan untuk bicara. Keyakinan itu muncul ketika aku bertanya “Rencana lo setelah lulus emangnya apa?” dan jawaban dari dia cukup membuatku bernafas lega. Ditambah kalimat ketika ibunya menanyakan siapakah aku.
Akhirnya pun aku menyatakan perasaanku yang membutuhkan dia. Butuh, bukan sekedar mau ataupun iseng. Selang setelah itu diiringi dengan kata “Iya” dari bibirnya. Akupun tersenyum lega. Aku pria yang jauh dari kata pria ideal, tidak mempunyai muka tampan dan badan berotot, kepandaian berkata-kata yang lemah, tidak mampu menekan tuts piano dan menyanyikan lagu cinta. Namun detik itu, aku berhasil mengalahkan pria ideal itu dengan mendapatkan wanita tersebut.
Aku merasakan kebahagian yang sangat amat dalam urusan cinta. Setelah sekian lama hati ini jauh dari urusan cinta lawan jenis. Akhirnya ada wanita yang mengucapkan "sayang", kata paling mesra di planet ini.
I hope This is the last time I'll fall... in love. (Eric Benet – Last Time)
02 November 2009
Istri Umar bin Khatab pun cerewet
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman khalifah Umarbin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengankecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-lakiitu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar.Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Apakah BP4 tersebut?
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat. Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran. Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yangsudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
*diambil FTJAI yang diolah dari Cahaya Iman, edisi kamis, 30 November 2006-11-30, Indosiar pukul 04:30*
KESEPIAN DALAM KERAMAIAN, IRONIC THING.
Selalu ramai dalam kesepian
Anak jalanan kembang metropolitan
Selalu kesepian di keramaian
Tiada tempat mengadu
Tempat mencurahkan isi kalbu...
(Chrisye – Anak Jalanan)
Aku hanya bisa tertawa mendengar lirik dari lagu itu. Lagu itu dinyanyikan oleh alm Chrisye yang dijadikan soundtrack film Ali Topan. Judul lagu itu sama sekali tidak mencerminkan diriku, namun kalimat “tiada tempat mengadu, tempat mencurahkan isi kalbu” dan kalimat ironi dari “selalu kesepian di keramaian” serta sebaliknya, terasa sesuai dengan keadaanku sekarang. Menjadi anak rantau yang jauh dari keluarga dan pacar, yang terpisahkan jarak ruang dan perbedaan waktu yang mencapai 6 jam, membuat aku benar-benar merasa kesepian.
List YM ku malam ini, terdapat 72 nama yang online. Tapi aku yakin hanya 9 orang saja yang benar-benar masih sadar karena mereka memang berada di belahan bumi yang sama denganku. Benar benar ironis. Blog ini menjadi pelarianku saat otak ini merasa buntu karena tugas. Blog yang tidak pernah aku sangka, ternyata bisa menjadi kawanku di tengah malam. Blog yang aku dulunya meremehkan tekhnolgi yang masih ku anggap baru. Terima kasih untuk blogspot.
Tidak bermaksud untuk mengeluh, namun aku tidak mampu membayangkan hidupku di tiap-tiap malam mendatang. Memang sebaiknya bukan dibayangkan, namun dijalankan sebaik-baiknya. Hanya padaMu, hamba yang sendiri ini memohon perlindungan. Bismillah
Rizki Ananda Febrianto
Tapi seiring perjalanan waktu, nama gw pun mengalamai pengembangan. Beberapa nama panggilan yang pernah hadir dalam hidup gw.
1. Ucil.
The most hated statement ; "betah?"
Hampir dua bulan aku tinggal disini, kalimat seperti itu sering sekali terdengar. Ibarat lagu TOP 40 yang merajai tangga lagu masa kini. I dont know, hingga saat ini aku belum menemukan titik kenyamanan baru. Atau mungkin, aku menghindari itu.
Iya, sepertinya aku menghindari dan tidak mencari hal itu. Mungkin diri ini terlalu sibuk dan bosan menghadapi tugas tugas dan tugas yang selalu hadir tiap hari dan harus dihadapi tiap malam nya. Sehingga, apa ini bisa membuat aku betah?
Tidak mencari? Mmmh, semenjak diri ini berjanji untuk belajar serius karena mengejar cita dan cinta, rasa nya keputusan untuk tidak mencari "betah", menurut aku tepat. I cant imagine, ketika waktu untuk kembali ke Jakarta tiba, aku malah menolak itu.
Lalu, bagaimana menjawab atau menghindari pertanyaan itu? Apa iya aku harus cerita alasan dibalik itu? Apa aku harus marah bila ada yang bertanya? Aku tidak menginginkan perdebatan tapi aku ingin semua orang yang bertanya itu mengerti. At least, sampai detik ini aku bisa beradaptasi dengan kehidupan baru ku dan tetap berkomunikasi dengan orang-orang yang aku sayang di Jakarta. Itu cukup bagiku saat ini.
diatas meja perpustakaan kampus, 021109, 13.22
hufff
And the air is free
And the birds sing for you
And your positivity
(Suede - Positivity)
Otak terus berputar namun tetap tidak menemukan jawaban. Padahal diri ini senantiasa mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta. Apakah kurang kuantitas nya?
Whatever it takes, I must sure about what I am doin' here. It must be greatest thing for my future. I hope so.
perpustakaan pagi galau, 021109 09.37