13 November 2009

KULIAH DISINI PUN BERAWAL DARI MIMPI

Beberapa hari yang lalu, aku baru saja mendapat message di facebook dari teman lama sewaktu aku masih kuliah di Binus. Bisa dibilang, pria ini adalah teman dekat waktu itu karena kami berasal dari kaum pribumi dan domisli nya pun berada di daerah selatan. Message itu menyiratkan kekagetan karena dia baru mengetahui bahwa aku sedang menuntut ilmu di Perancis. Karena message itu pun, aku memberi gambaran singkat.

Beberapa hari kemudian, aku dan teman baru ku yang berasal dari Indonesia disini membahas mengenai proses keberangkatan ke negeri Napoleon. Oleh sebab itu, aku mencoba untuk berbagi beberapa hal mengenai itu.

Keputusan aku untuk melanjutkan pendidikan S2 itu sudah dimulai dari Mei 2008. Tepat setelah pulang umroh akhirnya aku berani memutuskan untuk itu. Setelah sebelumnya, ayahku selalu mengajak berdiskusi tentang hal ini. Beliau menyarankan tiga negara yaitu, Belanda Jerman dan Perancis. Aku pun melakukan survey-survey hingga berakhir pada keinginan mengambil master di Swedia.

Dari lingkungan pertemanan aku di kampus, mereka belum mengetahui rencana ini. Sampai akhirnya, aku, Karim, Ifan dan Ira sedang makan bersama di Bebek Cabe Ijo di daerah Rawamangun. Mereka menyatakan keheranannya bahwa aku tidak ikut-ikutan heboh dalam mengirim CV untuk pekerjaan. Kejadian ini terjadi sebelum aku melaksanakan sidang skripsi, dan sudah lumrah terjadi di lingkungan kampus UI bahwa selalu mengirim CV sebelum lulus sehingga setelah wisuda dapat langsung bekerja.

Aku pun bercerita kepada mereka tentang rencana aku. Dari mulut mereka lah, aku yakin semua teman-teman kampusku baik dekat maupun tidak akhirnya mengetahui rencanaku ini. Tak lama setelah kejadian itu, aku kembali mendengar kabar bahwa, Mita, yang juga satu permainan dengan ku ingin melanjutkan studi di Eropa. Seolah mendapat teman satu tujuan, kami pun saling bertukar informasi dari pameran pendidikan hingga tempat kursus.

Kami pun memulai langkah perburuan. Rata-rata semua kampus di Eropa membutuhkan nilai TOEFL minimal 550. Jadilah langkah aku dimulai dengan mengambil kursus TOEFL. Karena saran dari sepupuku, aku memutuskan untuk bergabung dengan EEC atau English Education Centre. Tempat itu berkantor pusat di daerah Slipi namun aku mengambil kelas di kantor cabang di daerah Bintaro Sektor 7. Sekedar informasi tambahan, tempat TOEFL terbaik di Jakarta adalah Direct English di daerah Sudirman. Tempat itu menjadi pilihan teman kelas ku bernama Sasa yang sekarang akhirnya dia berada di Oxford, Inggris.

Perburuan juga dilakukan seperti mencari kampus lewat pameran di mulai dari benua Asia, Australia hingga Eropa. Biasanya dilakukan bulan Agustus hingga Desember. Tempatnya pun beragam dan biasanya di JCC, Hotel Four season ataupun Balai Kartini.

Beberapa bulan telah berlalu dan ternyata aku tidak mencapai targetku untuk kuliah di Swedia. Aku bertukar informasi dengan temanku yang bernama Wildan. Dia mempunyai niat untuk mengambil S2 di Perancis dan sedang dalam proses untuk ikut kursus bahasa. Ayahku pun sempat sebel karena dulu sempat menolak saran nya walau akhirnya dia mendukungku.

Kursus berjalan, proses pengiriman dokumen pun mengikuti perjalanan kursus ku. Proses itu dimulai dari pengiriman email as enquiry, lalu ternyata aku sangat beruntung, contact person dari kampus yang aku inginkan itu, mempunyai rekan di Jakarta. Aku pun menemui partner kampus tersebut yang bekerja untuk Edu Coach International bernama Madame Fida, begitulah aku memanggilnya.

Salah satu persyaratan yang harus aku lalui adalah interview dengan dekan di calon kampus aku. Guess what, itu dilakukan pada H-1 sebelum pemilu daaaannn saat Jamiroquai konser di Sentul. Aku pun melewatkan hal itu. Sebulan lebih setelah itu, akhirnya aku mendapat surat yang disebut Letter of Acceptance. Bahagia dan sedih bercampur seketika. Bahagia karena berhasil namun sedih karena menghitung hari saat-saat di Jakarta.

Setelah mendapat pengumuman, saatnya pengurusan visa. Prosesnya tidak sesulit yang saya kira. Bagian paling sulit adalah meminta surat jaminan atau surat pernyataan dari bank dan pembuatan travel insurance. Asuransi perjalanan rata-rata dibuat dengan tanggungan dalam bentuk dollar dan itu bisa berlaku untuk membuat visa ke Eropa.

Visa keluar, saatnya pergi.. Mungkin saya akan share detail nya di blog ya berbeda.. c u.

1 comment:

  1. wow...
    mas sy tertarik bgt dgn tulisan mas ini,,,
    sy punya mimpi yg sama seperti mas,,,bsa kuliah di swedia ,,,
    tp sy cenderung lebih berat bwt ngewujudinnya,,,,tapi sy yakin semuanya bakalan tiba,,,asal ttp percaya dan yg trpenting usaha ngewujutin mimpi itu,,,

    tulisan ini smakin memotifasi sy,,,

    ReplyDelete