30 November 2009
Tentang Seseorang ( Dian Sastro - AADC )
27 November 2009
Sembelihlah Sifat Kambing Yang Ada Pada Diri Kita
Disamping menyembelih hewan kurban, Idul Adha dijadikan alat untuk mengingat bahwa kita harus menyembelih sifat kambing yang ada dalam sifat kebinatangan manusia. Ya, manusia adalah binatang yang berpikir, begitulah beberapa Orang Bijak mendeskripsikan. Hanya saja, yang membedakan, manusia memiliki kemampuan nalar dan bahasa. Sedangkan, binatang yang lain tidak memiliki kemampuan bahasa dan nalar.
Balik ke topik, Apa yang dimaksud dengan sifat kambing yang menempel dalam diri manusia?
Manusia berwatak kambing adalah manusia tanpa tuntutan, pingin maunya sendiri. Menjadi anak buah, senangnya hanya mendemo; menjelek-jelekkan; dan jika bisa, melengserkan. Tetapi, jika giliran menjadi pemimpin, ujungnya sama saja; korupsi, manipulasi, kolusi, dan berbagai si si si lainnya. Kambing juga sulit dikendalikan. Kalau disuruh jalan sendiri, arahnya tak karuan arah. Ketika dituntun dari depan mereka tak mau jalan. Sementara itu, jika dituntun dari belakang, mereka malah belok ke kanan atau kiri. Lebih dari itu, jika melihat betina lain, mereka selalu ingin menjadikannya 'istri'. Begitu pula jika ada makanan, kambing tega menyerang yang lain agar tak kebagian.
Allah sebenarnya bukan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelih anaknya, Ismail. Tetapi, bermaksud mengajari manusia agar membunuh sifat-sifat kambing atau binatang, yang ada pada dirinya. Karena itu, ketika pedang hampir mengenai leher Nabi Ismail, Allah menggantinya dengan kambing.
Sedangkan, bagi kita, Belilah kambing yang baik untuk disembelih dan jangan dari uang korupsi atau mencuri. Kemudian, mengambing-hitamkan orang yang diberi sebagai ikut makan uang korupsi atau curian. Tindakan ini justru lebih buruk dari kambing hitam yang "dikambing-hitamkan".
Diintisari dari hasil pengajian PPI Perancis 27.11.2009
http://radiopengajian.com/chat-box/
26 November 2009
NOVEMBER RAIN
Aku memang bukan penggemar Guns N Roses, si penyanyi lagu November Rain. Dari band itu, aku hanya mengetahui mengenai Slash dan Sweet Child of Mine. Tapi entah kenapa, lagu itu bisa menjadi soundtrack hidupku bulan ini.
Bulan ini sedang merasa jauh dari Sang Pencipta, mungkin karena minimnya aktifitas keagaaman disini ditambah pula peluang dosa datang sangat besar. Aku tidak bisa menyalahkan keadaan juga, dan aku pun sudah berusaha menambah amalan aku. Tapi entah, perasaan itu masih menjadi sahabat akrab.
Tetesan lain nya adalah urusan kuliah. Entah, semakin aku kejar nilai bagus dalam aktifitas kuliahku, semakin susah diraih. Aku akhirnya sampai pada titik, learning experience is so much important than highest grade. Iya, proses belajar dan bertarung di negeri orang menjadi sesuatu pengalaman tapi bukan berarti aku mengesampingkan urusan kuliah ku untuk lulus.
Hal lain yang berhubungan dengan kesedihan adalah, ketika ayahku datang menjenguk dan dia harus kembali ke Daarmstadt. Huff. Dont wanna tell much about this. Sulit untuk menulis panjang-panjang.
Air mata kebahagian yang aku nikmati bulan ini adalah, aku terharu bisa melalui LDR dengan wanita itu. Aku, pria yang merasa bodoh dalam urusan cinta akhir nya pada bulan ini mencapai umur 3 bulan dalam hubungan ku dengan wanita itu. Alhamdulillah belum menemukan masalah, dan semoga Allah memudahkan langkahku kedepannya.
Tiga banding satu namun aku harus bangkit. Bismillah.
Gema Takbir Berkumandang Dalam Angan
Allahuakbar wa lilla hilham.
Malam ini terasa sunyi. Anganku melayang pada bayangan rumah yang berada di jalan Purnawarman 64 Bandung. Tempat aku dan keluarga menghabiskan waktu idul adha yang jatuh di penghujung minggu. Aku membayangkan senda gurau dan canda tawa keluarga besar. Besar dalam jumlah anggota keluarga dan besar dalam jumlah permasalahan.
Semenjak aku disini, telinga ini masih kerap mendengar permasalahan baru di keluarga ayahku. Entah, dulu ingin sekali lari dari masalah keluarga yang ada, namun sekarang aku justru merindukan itu. Yeah rite, you dont know what you’ve got till you miss it.
Memang, keluarga besar dari bapakku berbeda dengan keluarga besar dari ibuku. Dari ibuku lebih terasa nuansa islami nya. Di tempat keluarga besar ibuku, aku terbiasa melakukan takbiran bersama, berzikir lalu mendengarkan wejangan dari sang Kakek yang masih terlihat segar. Rasanya aku ingin berada di Dago saat ini juga. Tapi tidak dengan keluarga bapakku yang hanya ada perbincangan antar penghuni rumah.
Rutinitas ku pagi hari biasanya adalah rebutan kamar mandi. Memang aneh dan lucu saja kalo di ingat kembali. Rumah yang mempunyai 3 buah kamar mandi namun dikerubuti oleh 16 orang yang mempunyai tujuan sama, pergi sholat idul adha berjamaah.
Biasanya, aku yang paling belakang dalam urutan mandi, karena malas terburu-buru dan di gedor-gedor oleh anggota keluarga yang lain. Sambil menunggu urutan, aku biasanya memanaskan mesin mobil dan merapihkan interior sebelum digunakan anggota keluarga ku.
Berangkat menuju tempat sholat pun, biasanya mobil aku membuka jendela agar tetap terdengar sayup-sayup gema takbir. Pasca idul adha, aku kembali ke Purnawarman. Menghabiskan waktu hingga siang hari dengan menyantap ketupat dan opor. Setelah itu, biasanya kembali lagi ke Dago untuk pemotongan hewan qurban. Oh indahnya membayangkan itu semua.
Kini, hanya laptop yang memutar MP3 Holy Quran dan beberapa kertas dan bahan untuk presentasi esok hari. Sebagai kaum minoritas, tidak ada tanggal merah untuk Idul Adha esok hari. Aku hanya bisa sabar, ikhlas dan tetap berusaha agar dapat menyelesaikan studi ku. Membuat bayangan kumpul idul adha bisa menjadi sebuah aktifitas nyata di tahun mendatang.
Rennes, 9 Dzulhijjah 1431 H, 22.46
18 November 2009
Tiada Yang Akan Lebih Membahagiakan Hati Selain ..........
Akhir-akhir ini, hidupku terasa sedikit menejemukan. Mungkin karena tugas yang tak kunjung usai dan presentasi di depan mata serta harus menghadapi UAS.
Walau keadaan seperti ini, rasanya diri ini selalu mendapat suntikan semangat. Selain dari Ayah yang baru saja datang, Ibu yang mulai sering berkirim sms lagi, dan adekku yang mengirim email dengan laporan penting ga penting nya yang diiringi dengan barang titipan dan berita kejadian buruknya, aku pun mendapat support dari wanita itu. Iya, wanita yang mengisi hidupku dan membuatnya jadi lebih berwarna.
Aku tak pernah berhenti bersyukur bisa mendapatkan wanita seperti itu. Di pikiran ku saat ini adalah, betapa bahagia hati ini bisa memiliki wanita yang sholehah dan terus berusaha mencintai Sang Pencipta. Bagiku, tiada yang akan lebih membahagiakan hati selain daripada mencintai seseorang yang benar-benar mencintai Sang Pemilik Hati Tersebut.
Terima kasih ya Allah yang telah menghadirkan wanita itu.
KUNJUNGAN SINGKAT SANG AYAH
Tidak sekedar menjenguk, namun dia juga ingin tahu kampusku, membeli beberapa oleh-oleh dan juga melakukan inspeksi mendadak ke kamarku. Yang terakhir ini, karena aku terlalu banyak akan urusan kampus, membuat aku tidak punya banyak waktu untuk berbenah kamarku.
Just see my pict. Thanks a lot Dad for coming, See You at Our Country.
13 November 2009
PERNAHKAH KAU MERASA?
Misal, kita pasti semua tahu akan datang nya ajal namun kita masih merasakan ketakutan. Mungkin ajal itu bukan untuk kita namun untuk orang sekitar kita.
Pernahkah kau merasa bahwa lingkungan tidak mendukung untuk berbuat baik.
Misal, kita telah tahu segala konsekuensi dari perbuatan namu lingkungan kita justru menghalalkan itu.
Pernahkah kau merasa turun motivasi dalam berjuang karena ketakutan itu.
KULIAH DISINI PUN BERAWAL DARI MIMPI
Beberapa hari kemudian, aku dan teman baru ku yang berasal dari Indonesia disini membahas mengenai proses keberangkatan ke negeri Napoleon. Oleh sebab itu, aku mencoba untuk berbagi beberapa hal mengenai itu.
Keputusan aku untuk melanjutkan pendidikan S2 itu sudah dimulai dari Mei 2008. Tepat setelah pulang umroh akhirnya aku berani memutuskan untuk itu. Setelah sebelumnya, ayahku selalu mengajak berdiskusi tentang hal ini. Beliau menyarankan tiga negara yaitu, Belanda Jerman dan Perancis. Aku pun melakukan survey-survey hingga berakhir pada keinginan mengambil master di Swedia.
Dari lingkungan pertemanan aku di kampus, mereka belum mengetahui rencana ini. Sampai akhirnya, aku, Karim, Ifan dan Ira sedang makan bersama di Bebek Cabe Ijo di daerah Rawamangun. Mereka menyatakan keheranannya bahwa aku tidak ikut-ikutan heboh dalam mengirim CV untuk pekerjaan. Kejadian ini terjadi sebelum aku melaksanakan sidang skripsi, dan sudah lumrah terjadi di lingkungan kampus UI bahwa selalu mengirim CV sebelum lulus sehingga setelah wisuda dapat langsung bekerja.
Aku pun bercerita kepada mereka tentang rencana aku. Dari mulut mereka lah, aku yakin semua teman-teman kampusku baik dekat maupun tidak akhirnya mengetahui rencanaku ini. Tak lama setelah kejadian itu, aku kembali mendengar kabar bahwa, Mita, yang juga satu permainan dengan ku ingin melanjutkan studi di Eropa. Seolah mendapat teman satu tujuan, kami pun saling bertukar informasi dari pameran pendidikan hingga tempat kursus.
Kami pun memulai langkah perburuan. Rata-rata semua kampus di Eropa membutuhkan nilai TOEFL minimal 550. Jadilah langkah aku dimulai dengan mengambil kursus TOEFL. Karena saran dari sepupuku, aku memutuskan untuk bergabung dengan EEC atau English Education Centre. Tempat itu berkantor pusat di daerah Slipi namun aku mengambil kelas di kantor cabang di daerah Bintaro Sektor 7. Sekedar informasi tambahan, tempat TOEFL terbaik di Jakarta adalah Direct English di daerah Sudirman. Tempat itu menjadi pilihan teman kelas ku bernama Sasa yang sekarang akhirnya dia berada di Oxford, Inggris.
Perburuan juga dilakukan seperti mencari kampus lewat pameran di mulai dari benua Asia, Australia hingga Eropa. Biasanya dilakukan bulan Agustus hingga Desember. Tempatnya pun beragam dan biasanya di JCC, Hotel Four season ataupun Balai Kartini.
Beberapa bulan telah berlalu dan ternyata aku tidak mencapai targetku untuk kuliah di Swedia. Aku bertukar informasi dengan temanku yang bernama Wildan. Dia mempunyai niat untuk mengambil S2 di Perancis dan sedang dalam proses untuk ikut kursus bahasa. Ayahku pun sempat sebel karena dulu sempat menolak saran nya walau akhirnya dia mendukungku.
Kursus berjalan, proses pengiriman dokumen pun mengikuti perjalanan kursus ku. Proses itu dimulai dari pengiriman email as enquiry, lalu ternyata aku sangat beruntung, contact person dari kampus yang aku inginkan itu, mempunyai rekan di Jakarta. Aku pun menemui partner kampus tersebut yang bekerja untuk Edu Coach International bernama Madame Fida, begitulah aku memanggilnya.
Salah satu persyaratan yang harus aku lalui adalah interview dengan dekan di calon kampus aku. Guess what, itu dilakukan pada H-1 sebelum pemilu daaaannn saat Jamiroquai konser di Sentul. Aku pun melewatkan hal itu. Sebulan lebih setelah itu, akhirnya aku mendapat surat yang disebut Letter of Acceptance. Bahagia dan sedih bercampur seketika. Bahagia karena berhasil namun sedih karena menghitung hari saat-saat di Jakarta.
Setelah mendapat pengumuman, saatnya pengurusan visa. Prosesnya tidak sesulit yang saya kira. Bagian paling sulit adalah meminta surat jaminan atau surat pernyataan dari bank dan pembuatan travel insurance. Asuransi perjalanan rata-rata dibuat dengan tanggungan dalam bentuk dollar dan itu bisa berlaku untuk membuat visa ke Eropa.
Visa keluar, saatnya pergi.. Mungkin saya akan share detail nya di blog ya berbeda.. c u.
12 November 2009
APAKAH AIR MATA INI MENGERING?
Airmata adalah wujud ekspresi yang mempertemukan kesedihan dan kebahagiaan. Dengan air mata pula Allah melunakkan setiap qalbu hamba-hambaNya…
Teringat jelas, Januari 2006
Ketika aku meratapi segala masa lalu aku yang kelam
Kebahagiaan…ketika Allah karuniakan aku hidayah Nya
Namun…
Seiring dengan berjalannya waktu…
Terkadang air mata ini seolah mengering..
Raga dan pikiran kerap berbuat khilaf kembali
Tak ada lagi rintihan akan ratapan masa lalu yang dengannya Allah karuniakan kita untuk bertaubat
Kecemasan akan hari akhir yang Allah janjikan kedatangannya pun hanya muncul sekilas
Terkadang…aku tertipu dengan amal shaleh yang telah aku lakukan..
Seolah… itu telah berada pada titik impas dari keburukan aku...
Padahal..Aku..
Dosa dan kemaksiatan yang aku lakukan…
Sudah pasti tercatat dalam catatan masa lalu kita yang kelam
Namun,
Segala amal shaleh yang aku lakukan
Belum tentu Allah terima…
Iya, aku yakin karena amal shaleh yang aku lakukan belum tentu Allah terima,
Oleh karena itulah…aku sangat berharap padaMu
Disana ada tangisan untuk memohon dengan segenap diri agar Allah menerima setiap amal ibadah kita
Karena dosa dan kemaksiatan sudah pasti tercatat
Oleh karena itulah…disana ada rintihan seorang hamba
Yang terus memohon agar Allah mengampuni segala dosa-dosanya…
Hal kecil seperti zina mata, menjama’ sholat wajib dan jarangnya sholat tepat waktu dan masih banyak lagi yang aku yakin Allah Maha Mengetahui
Indahnya hidup ini hanya akan terasa saat kita merasakan Allah dalam setiap langkah dan tarikan nafas kita…
Selalu merasakan kasih sayang Nya dalam setiap episode kehidupan kita…
Membasahi setiap malam-malam kita..
Membasahi setiap pertemuan kita di penghujung malam
Menangis dalam gelap malam dimana saat itu hanya ada aku dan Dia…
Ungkapkanlah semua masalahmu pada Nya…
Karena Dia lah yang memiliki semua jalan keluar dari setiap masalahmu
Menangis bila malam tadi terlewat dari menangis kepada Nya…
Bila rasa kantuk menahanku untuk bangkit dan bermunajat
Karena sungguh..
Boleh jadi diri ini dinilai begitu hina sehingga tidak Allah berikan kesempatan untuk bersua dengannya…
Karena boleh jadi dosa-dosa kita di waktu siang yang menjadi penghalang kita mendapat kesempatan bermunajat kepada Nya…
Ya Allah…
Andaikata Engkau dapati hati ini begitu kotor sehingga keringlah air mata ini, bersihkanlah ia…
Sehingga diri ini dapat merasakan kembali indahnya bermunajat kepada Mu
Ya Allah..
Andaikata Engkau dapati hati ini dalam keadaan mati dan membusuk
Maka gantikanlah ia dengan hati yang baru…yang dengannya kami memulai kehidupan yang baru…
Dalam keagungan Mu kuharapkan kasih sayang Mu…
Cezembre 318, 22.41
-terinspirasi dari pengalaman, pemikiran pribadi dan sms seorang Bunda pengasuh FOSMA 165-
10 November 2009
kemampuan untuk menyesuaikan diri adakah kemampuan untuk tetap berdiri atas
Diluar pro kontra keadaan itu, biasanya otak aku memfilter apa yang aku saksikan dari tayangan itu. Beberapa menit yang lalu, aku sedang mengotak-ngatik folder laptop aku, dan ingin memindahkan data-data yang kuanggap tidak penting ke harddisc extrernal ku. Lalu aku menemukan file microsoft word berjudul "adaptasi dari MTGW". Rupanya aku mencatat isi acara itu. Acara yang disiarkan pada bulan Mei itu membahas topik berjudul adaptasi. Aku rasanya mencatat isi acara itu, karena ada hubungannya dengan rencana kuliahku.
Diawal acara, Mario Teguh berkata “kemampuan untuk menyesuaikan diri adakah kemampuan untuk tetap berdiri atas”. Jangan kita mengasumsikan berada diatas adalah menjadi seorang penguasa. Namun mari berpikir bahwa, roda kehidupan dan dunia usaha berputar dengan kecepatan dan kekuatan yang tidak teratur. Dan untuk dapat tetap berdiri tegak di dalam ketidakteraturan maka kita harus teratur dalam cara-cara penyesuaian dan pertumbuhan diri kita. Ingatlah bahwa pekawan dari ketidakteraturan adalah keteraturan. Itu sebabnya siapapun yang ingin menjadi pemilik dan pemimpin bagi kehidupannya sendiri, maka dia harus menteraturkan diri nya sendiri.
Dari hasil “ceramah” itu, aku pun menyimpulkan bahwa setelah mampu beradaptasi di negara ini, aku pun harus bisa hidup teratur. Hidup teratur menurut aku saat ini adalah, mampu mengatur waktu antara agama seoperti ibadah, urusan kuliah, urusan dengan pacar dan waktu senggang. Urusan kuliah bisa berupa tugas dan belajar. Lalu mengatur urusan kamar seperti cuci piring, masak, cuci pakaian dan menyetrika. Dan memanfaatkan waktu lenggang atau kosong untuk hiburan seperti browsing atau chat.
Lalu, bagaimana hasilnya? Aku rasa bila mengacu pada definisi yang aku buat sendiri, rasanya aku belum bisa hidup teratur, namun jauh lebih baik dari waktu hidupku di Jakarta. Saat ini, tugas terkadang keteteran atau mungkin memang tugasnya banyak. Tapi dulu, aku mengerjakan tugas justru di kampus. Urusan rumah seperti memasak terkadang masih terbengkalai dan apabila aku sedang malas masak, pasti pada akhirnya mencari makanan simple seperti telor atau omlet. Di Jakarta saat itu, aku pasti mengandalkan pembantu atau ibuku. Untuk urusan setrika, aku lakukan di akhir pekan. Aku yakin di Jakarta, aku menyetrika apabila aku ingin pergi ke undangan saja. Sedangkan urusan dengan pacar, aku menyempatkan mengirim email atau sms apabila sulit untuk membuka laptop. Untuk urusan yang terakhir ini, aku pun masih terbantu dengan fasilitas telepon gratis ke Indonesia kepunyaan temanku asal Indonesia juga. Aku yakin, apabila di Jakarta, pasti aku akan lebih sering keluyuran entah dengan pacar atau teman.
Untuk urusan ibadah, aku cukup bersyukur mempunyai jadwal sholat waktu setempat dan posisi masjid bisa dibilang lumayan deket dengan tempat tinggalku. Masalah yang acap kali aku jumpai adalah, men jama’ solat zuhur dan ashar di hari selasa dan di hari yang aku mempunyai jadwal kuliah siang. Untuk sholat jumat, sejauh ini aku baru sekali melewatkannya karena alasan kuliah juga. Aku pun bersyukur disini, faktor cuaca membuat aku bisa untuk menambah amalan puasa sunnah. Terakhir, aku pun menemukan support group baru yaitu Pengajian Online yang biasa diadakan hari Jumat dan Sabtu malam waktu setempat. Dibandingkan dulu, aku memang jadi lebih jarang sholat berjamaah di masjid.
Semoga keteraturan yang sedikit lebih baik dari waktu di Jakarta dan kecepatan dalam beradaptasi ini, bisa bertahan lama terutama ketika aku kembali ke tanah air Indonesia.