13 December 2009

WELCOMING (not a real) HOLIDAY

Perangko termahal yang pernah kutemukan

Alhamdulillah kemarin merupakan hari terakhir ujian akhir di semester 1. Baru sehari menikmati libur, rasanya cukup kebingungan juga dengan memikirkan aktifitas yang ingin dilakukan.

Jalan-jalan? Pasti nya. Hal itu sudah dalam pikiran saya sejak sebulan yang lalu. Bahkan, saya memiliki 3 (tiga) rencana untuk mengisi liburan winter mendatang. Pertama, Swiss dan Italia. Untuk liburan ke kedua negara tersebut, merupakan liburan yang menurutku almost perfect, karena salah satu tujuan nya adalah ke kota yang aku ingin sekali lihat, Venice. Namun ada beberapa constraint, yakni budget. Karena aku masih patungan dengan uang orangtua ku, berarti tandanya harus menghemat setelah pulang dari liburan. Dan rasanya aku tidak bisa. Hambatan lainnya adalah, tempat tinggal. Karena aku akan menumpang di tempat teman nya kenalan teman. Ibarat friendster, itu akan menjadi third degree dalam friendlist aku. Dan titik puncak akhirnya aku memutuskan mencoret plan ini adalah, karena aku pergi bersama dua teman perempuan yang sesama pelajar dari Rennes. Faktor keinginan menjaga perasaan wanita dalam hidupku saat ini berperan besar.

Pilihan kedua adalah Spanyol. Sebetulnya ini sangat menarik juga. Terlebih aku ingin sekali melihat Granada sebagai tempat sejarah kebudayaan Islam dan Barcelona yang bagiku terkenal karena sepakbola nya. Tapi, temanku ternyata menginginkan pergi ke kota lain Namun karena plan ini terlihat mengambang, akhirnya aku mencari alternatif lain. Dan ternyata, ketika aku mengetik tulisan ini, plan tersebut berjalan dengan budget yang nyatanya tidak beda jauh dengan pilihan ketiga sekaligus tujuan liburanku.

Daaaaannn,, pilihanku jatuh ke Jerman. Saat akhirnya aku memutuskan unuk ke Jerman, terbesit khayalan seandainya wanitaku saat ini, masih melaksanakan magang ada di negara ini. Akan sangat menarik. Namun khayalan berhenti bahwa akan muncul hal-hal aneh nantinya. Kenapa Jerman? Karena di kota Berlin, aku memiliki seorang teman yang sudah aku kenal di Jakarta. Dan dia pun menawarkan untuk liburan bersama. Faktor lain keputusanku ini adalah, orangtua dan wanitaku telah mengenal “si anak Berlin” tersebut. Jadi aku rasa, mereka tidak perlu mengkhawatirkan bahwa aku akan melakukan hal aneh nantinya. Dia pun akan mengajakku ke Hamburg selama dua hari rencananya dan kita akan menghabiskan new years eve di Paris. Agak berbanding terbalik dengan perayaan pergantian tahun ku dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Tapi apa boleh buat lah.

Sebelum melakukan perjalanan keluar negara Perancis yang masih dalam lingkup Schengen, setiap pendatang non-Euro harus membuat carte de sejour. Itu semacam KITAS (kartu identitas sementara) bila di Indonesia. Ternyata, membuat KITAS di Perancis itu free tapi not totally free karena saya harus membeli sebuah perangko yang nantinya akan ditempelkan di pasportnya. Dan bagi saya, perangko itu adalah perangko termahal yang pernah saya temukan. Can you imagine, it takes 55 euro? Setara dengan ipod shuffle ato 61 persen dari harga sepatu yang aku incar. Rasanya mau teriak dan kritik ke penjualnya, perangko macam apakah ini.

Tunggu saja artikel aku selanjutnya. Terlebih lagi, sepupuku yang bekerja di Panorama memintaku menulis tentang sebuah kota di Eropa, namun kenapa rasanya jari ini sulit sekali menari. Dan aku tak tahu, apakah aku bisa melewati liburan ini dengan senyuman tulus mengingat aku masih harus menunggu hasil uas kemarin dan kondisi wanitaku di Jakarta yang sedang kurang baik dikarenakan ibunya di rawat di RS. Get well soon Tante.

Cezembre 318, 13.12.2009, 22.39

No comments:

Post a Comment