Akhir pekan kemarin, saya menghabiskan waktu bersama rekan-rekan PPI – Rennes berkunjung ke Lanion, sebuah desa di wilayah barat Perancis. Perjalanan ini terasa unik untuk saya, karena tercipta banyak sekali perbincangan yang tak pernah dirancang sebelumnya. Mulai dari hal yang tidak penting menuju hal yang makin tidak penting (hehe). Banyak terjadi pertukaran pikiran. Hal tersebut saya rasa karena saya adalah orang yang termuda kedua diantara yang ada.
Pembicaraan pun beragam, dari hal mengenai agama, nostalgia PPI Rennes masa lalu hingga politik. Hal yang menggelitik untuk saya ketika pembicaraan beranjak ke persoalan politik. Para sesepuh berpendapat, Indonesia bisa berada dalam kondisi baik bila generasi pemimpin sekarang dipangkas alias dibumihanguskan. Karena mereka-mereka itu yang nanti nya secara tidak langsung mengajarkan dan mewariskan permasalahan kepada generasi muda seperti saya.
Terkadang, permasalahan kompleks seperti korupsi dan hal-hal yang terkait dengan negara membuat prihatin dan ada perasaan seperti salah pilih. Komentar saya saat itu, mereka itu wakil rakyat, wakil suara saya dan teman-teman tapi apa mereka bisa merasakan apa yang kita rasakan. Dimata saya, semua orang yang mengaku membela rakyat itu semua tergolong orang yang merasa bisa namun mereka tidak bisa merasa. Iya, saya yakin mereka pasti seolah-olah merasa bisa memperbaiki negara yang kondisi nya compang-camping, namun mereka tidak bisa merasakan kondisi rakyat terutama yang kesulitan untuk hidup sehari-hari.
Pembicaraan pun berlanjut. Namun kejadian yang terjadi siang hari ini waktu Indonesia, kembali mengingatkan saya akan pembicaraan akhir pekan. Gerombolan pria bersetelan jas terlihat mirip dengan pemuda putih abu-abu yang sibuk menunjukkan kehebatannya kepada sesama pelajar namun beda sekolah. Sungguh ironis.
Perihal banyak yang merasa bisa tapi sedikit yang bisa merasa itu sepertinya tidak hanya dalam urusan para petinggi negara itu, namun bisa diartikan untuk banyak hal. Terkadang, kesombongan, rasa angkuh dan kurang nya bersyukur membuat orang berada pada posisi tersebut. Tidak dipungkiri, saya pun dapat dikatakan beberapa kali terperangkap dalam kalimat tersebut.
Yah apapun itu, marilah merubah stigma tersebut menjadi banyak yang merasa bisa (karena yakin akan kemampuannya) dan harus bisa merasa (keadaan lingkungan sekitar).
Memang, perbincangan dengan rekan yang lebih tua akan membuat kita bisa berpikir dari sisi lain.