21 April 2010

100 PERSEN DUNIA,100 PERSEN AKHIRAT

Beberapa waktu yang lalu, saya menyampaikan sebuah nasehat secara live di Radio Pengajian Dot Com. Tidak seperti biasa nya, baru kali ini disaat menyampaikan materi, hati ini benar-benar tersentuh. Karena saat itu saya sedang menjalani final exam, maka saya menyerahkan pencarian materi kepada rekan saya dan tim di radio tersebut. Tema kali itu mengenai keadilan.

Mungkin bila saya menjabarkan isi keseluruhan materi tersbut, akan sangat penuh isi postingan kali ini. Namun saya akan meng-quote bagian yang saya anggap paling menarik. Arahkan bayangan kita kepada alam raya sekitar kita, maka akan kita dapatkan prinsip adil/keseimbangan itu menjadi ciri utama keberlangsungan dunia. Malam dan siang, gelap dan terang, panas dan dingin, basah dan kering, bahkan udara tersusun dalam susunan keseimbangan yang masing-masing fihak tidak ada yang mengambil/mengurangi hak sisi lain.
Tata surya kita, matahari, bumi bulan dan planet lainnya berada dalam jalur/garis edar obyektif yang tidak ada satupun dari tata surya itu merampas jalur fihak lain, jika perampasan fihak lain itu terjadi bisa kita bayangkan bagaimana jadinya alam ini, pasti akan terjadi benturan-benturan yang berarti kebinasaan dan kehancuran.
Keseimbangan kata atau kalimat di dalamnya
A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh, di antaranya :
* Al-hayah (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali;
* Al-naf’ (manfaat) dan al-madharrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali;
* Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali;
* Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing-masing 167 kali;
* Al-Thumaninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali;
* Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali;
* Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali;
* Kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indifinite, masing-masing 8 kali;
* Al-shayf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin), masing-masing 1 kali.
B. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
* Al-harts dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
* Al-’ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali;
* Al-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), masing-masing 17 kali;
* Al-Qur’an, al-wahyu dan Al-Islam (Al-Quran, wahyu dan Islam), masing-masing 70 kali;
* Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali;
* Al-jahr dan al-’alaniyah (nyata), masing-masing 16 kali.
C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.
* Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali;
* Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;
* Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing 154 kali;
* Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali;
* Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), masing-masing 26 kali.
D. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
* Al-israf (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali;
* Al-maw’izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali;
* Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali;
* Al-salam (kedamaian) dengan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali.
E. Keseimbangan-keseimbangan khusus.
(1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

(2) Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulanginya sebanyak 7 kali pula, yakni dalam ayat-ayat Al-Baqarah 29, Al-Isra’ 44, Al-Mu’minun 86, Fushshilat 12, Al-Thalaq 12, Al-Mulk 3, dan Nuh 15. Selain itu, penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
(3) Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.
(4) Kata lautan (al bahar) disebutkan 32 kali sedangkan kata daratan (al bar) disebutkan 13 kali. Jika di jumlahkan perkataan yang berkaitan tentang “lautan” dan “daratan” adalah 45 perkataan. Seperti pengiraan berikut :
Lautan : 32/45 X 100% = 71.11111111%
Daratan : 13/45 X 100% = 28.88888888%
Kini telah kita ketahui persentase antara “Lautan” dan “Daratan” di dalam dunia ini sebagaimana yang di sebutkan di dalam kitab suci Al Quran.
(5) [Quran 3:59] Sesungguhnya persamaan “Isa” di sisi Allah seperti persamaan “Adam”.Kata “Isa” dan “Adam” sama-sama muncul 25 kali.
(6) [Quran 7:176] Persamaan “anjing” dengan “kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” adalah : bahwa “kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” (al-qawmul-ladzi_na kadz-dabu_ bi a_ya_tina_) dipersamakan/ diibaratkan kelakuannya seperti seekor “anjing” (kalb). Jika kamu menghalaunya, ia menjulurkan lidahnya, atau jika kamu membiarkannya, ia menjulurkan lidahnya juga.
“Anjing” (kalb) tertulis 5 kali sebagaimana kata “Kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami” (al-qawmul-ladzi_na kadz-dabu_ bi a_ya_tina_) tertulis 5 kali juga.
(7) [Quran 29:41] Persamaan “orang-orang yang mengambil untuk mereka wali-wali selain daripada Allah” (alladzi_nat-takhadzu_ mindu_nil-laahi), ialah seperti persamaan “laba-laba” (al-’ankabut). Laba-laba (al-’ankabut) tertulis 2 kali, “Orang-orang yang mengambil untuk mereka wali-wali selain daripada Allah” (alladzi_nat-takhadzu_ mindu_nil-laahi) tertulis 2 kali juga.
(8) [Quran 62:5] Persamaan “orang-orang yang dibebankan dengan Taurat”,kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti persamaan “seekor keledai” yang memikul buku-buku yang tebal. “Keledai” (al-himar) dan “orang-orang yang dibebankan dengan taurat” (al-ladzi_na humilut-tawrat) sama-sama muncul di ayat ini, yaitu hitungannya sama-sama satu kali muncul.
-diambil dari beberapa sumber, dibawakan di acara 2R Learn 2A-

I WAS IN THE MIDDLE OF A DREAM

Think happy thoughts. The easiest way to a great smile is to be happy. You can be happy all the time, but not everybody is. Think about someone that you care about, or think about a joke that you just find hilarious.

Smile with your eyes. When we think of smiling, we think of the mouth, but the eyes may actually be more essential to a warm, genuine smile.

Smile are what fill us with delight and bring us back to our good old days. Smile from the one that genius. Genius in love, life and anything.

-lamunan dalam kelas

18 March 2010

on the chair

I’m escaping to the Mediatheque which means Library in common word. Because in my dorm its very narrow and a lil bit messy, the best place for me to study just Library. There is no Strabucks, Black Canyon, Coffe Bean or Gloria Jeans in here. That place I think its a a lil bit better to do some works.


Now, there is no one in front me. Yup, this is lunch time and I dont have to do that. I am on fasting now. Thats why, this afternoon its kinda feel so tired and lil bit gloomy. All the college things, not really good beareucracy for the internship letter and many things. Oh crap. Even last night everything went well in some case, it doesnt mean I feel the same with today.


Its like, a kindergarden student counting how many hours to breakfasting. I do the same thing, but for another thing.


Mediatheque 12.51.

02 March 2010

AMBIGRAM

Saya tidak tahu banyak mengenai seni ambigram, namun cukup kagum akan seni tersebut. Dilihat dari depan maupun belakang, tetap dibaca sama. Thats my name !!

SO, LISTEN TO THE RADIO


Mempunyai pengetahuan agama yang pas-pasan, tidak yakin bisa berceramah karena hati ini justru yang butuh siraman rohani dan setelah mendengar suara sendiri, rasanya suara ini kurang enak didengar (hahahaha baru sadar, namun tetap PD untuk bernyanyi), akhirnya saya dicemplungin kedalam Sahabat Kajian, sebutan untuk pembawa acara atau DJ atau apalah untuk radio pada umumnya namun ini khusus untuk Radio Pengajian Dot Com.

Sebuah radio streaming terbaru karya anak bangsa yang berisi semua hal yang berhubungan dengan kerohanian Islam, dengan motto Pertahankan Iman ditengah Sahara Kehidupan. Radio yang lahir oleh para perantau terasa pas untuk kita yang hidup di negara yang agama Islam bukan merupakan agama mayoritas.

Tentang saya, tidak banyak yang bisa dijabarkan peran di radio ini. Masih belajar dan berusaha mengisi pengetahuan tentang agama. Saya pun nantinya akan mengkaji dan belajar bersama mengenai aqidah. Bismillah.

BANYAK YANG MERASA BISA, TAPI SEDIKIT YANG BISA MERASA

Akhir pekan kemarin, saya menghabiskan waktu bersama rekan-rekan PPI – Rennes berkunjung ke Lanion, sebuah desa di wilayah barat Perancis. Perjalanan ini terasa unik untuk saya, karena tercipta banyak sekali perbincangan yang tak pernah dirancang sebelumnya. Mulai dari hal yang tidak penting menuju hal yang makin tidak penting (hehe). Banyak terjadi pertukaran pikiran. Hal tersebut saya rasa karena saya adalah orang yang termuda kedua diantara yang ada.

Pembicaraan pun beragam, dari hal mengenai agama, nostalgia PPI Rennes masa lalu hingga politik. Hal yang menggelitik untuk saya ketika pembicaraan beranjak ke persoalan politik. Para sesepuh berpendapat, Indonesia bisa berada dalam kondisi baik bila generasi pemimpin sekarang dipangkas alias dibumihanguskan. Karena mereka-mereka itu yang nanti nya secara tidak langsung mengajarkan dan mewariskan permasalahan kepada generasi muda seperti saya.

Terkadang, permasalahan kompleks seperti korupsi dan hal-hal yang terkait dengan negara membuat prihatin dan ada perasaan seperti salah pilih. Komentar saya saat itu, mereka itu wakil rakyat, wakil suara saya dan teman-teman tapi apa mereka bisa merasakan apa yang kita rasakan. Dimata saya, semua orang yang mengaku membela rakyat itu semua tergolong orang yang merasa bisa namun mereka tidak bisa merasa. Iya, saya yakin mereka pasti seolah-olah merasa bisa memperbaiki negara yang kondisi nya compang-camping, namun mereka tidak bisa merasakan kondisi rakyat terutama yang kesulitan untuk hidup sehari-hari.

Pembicaraan pun berlanjut. Namun kejadian yang terjadi siang hari ini waktu Indonesia, kembali mengingatkan saya akan pembicaraan akhir pekan. Gerombolan pria bersetelan jas terlihat mirip dengan pemuda putih abu-abu yang sibuk menunjukkan kehebatannya kepada sesama pelajar namun beda sekolah. Sungguh ironis.

Perihal banyak yang merasa bisa tapi sedikit yang bisa merasa itu sepertinya tidak hanya dalam urusan para petinggi negara itu, namun bisa diartikan untuk banyak hal. Terkadang, kesombongan, rasa angkuh dan kurang nya bersyukur membuat orang berada pada posisi tersebut. Tidak dipungkiri, saya pun dapat dikatakan beberapa kali terperangkap dalam kalimat tersebut.

Yah apapun itu, marilah merubah stigma tersebut menjadi banyak yang merasa bisa (karena yakin akan kemampuannya) dan harus bisa merasa (keadaan lingkungan sekitar).

Memang, perbincangan dengan rekan yang lebih tua akan membuat kita bisa berpikir dari sisi lain.

18 February 2010

LEARN FROM IMPERFECTIONS

Nobody is perfect. Diantara kita pasti akrab dengan pepatah tersebut. Sempurna dalam arti flawless, parfait, perfecto, perfekt, tanpa cacat cela maupun noda dari semua sisi kehidupan sepertinya sedikit mustahil. Seandainya Allah memberi kesempurnaan, apakah kita mampu memegang amanah tersebut?

Kita yang diberi keadaan yang jauh dari sempurna saja sudah bisa bertingkah sombong dan merasa paling keren dan ganteng seantero planet bumi ini. Lalu bagaimana bila diberi kondisi yang almost perfect alias hampir sempurna? Hampir pasti dengan keadaan seperti itu, kita bisa saja berbuat semena-mena atau bahkan menjadi sengsara.


Sebetulnya, keadaan yang paling tepat adalah belajar dari ketidaksempurnaan. Di posisi itu, kita bisa merubah salah ataupun keliru menjadi bener. Merubah kegagalan menjadi sebuah kesuksesan. Karena dari ketidaksempurnaan, kita akan belajar untuk mendekati sempurna dalam arti positif. Iya, belajar. Layaknya manusia berakal, dimanapun kita berada haruslah belajar. Baik dari pengalaman maupun kritik.

Belum ada kata terlambat untuk memulainya. Dan tidak ada batas akhir untuk merasa jadi paling bener. Satu hal yang harus digaris bawahi, karena paling, Maha atau pun ter- sempurna hanyalah milik Allah.

terinspirasi dari kegagalan
Mediatheque ESC Rennes School of Business
18.02.2010 - 15.36

11 February 2010

LONDON DAN TEST ONLINE, DUA HAL BARU DAN BERHARGA

London, London
Ingin ku kesana ...
(The Changcuters – Hijrah Ke London)

Aku yakin, banyak orang Indonesia yang cukup akrab dengan band dan juga lagu tersebut. Penampilan yang nyentrik dan sering muncul di layar kaca membuat nama band tersebut melejit cepat.

Mendadak, lagu tersebut jadi terngiang di pikiranku. Bukan karena ingin kesananya, namun aku cukup antusias ketika aku lolos ke tahap recruitment berikutnya disebuah perusahaan di kota London. Aku berkesempatan melakukan test IQ, psychotest dan semacam test pengetahuan umum secara online. Test tersebut memakan waktu 75 menit.

Iya, karena perusahaan diluar negeri dan juga melakukannya via online. Sebuah pengalaman dahsyat yang sebelumnya tak pernah aku duga. Tanpa aku sadaripun, ketika membaca pengumuman tersebut via email, airmata menetes titik demi titik. Aku tidak pernah berharap atau berpikir akan lolos ke tahap berikut ini. Dan juga, London pun bukan target utama aku. Tapi entah, justru kota London tersebut memberiku kesempatan terlebih dulu ketimbang target utama aku.

Aku tidak berekspektasi lebih untuk hal itu, namun hingga detik aku menulis ini, rasa antusias dan euphoria itu masih muncul. Aku berharap, hal ini membuka kesempatan aku untuk vacancy yang lain dan menambah pengalaman dalam hal test. Aku yakin dan sangat yakin, Allah akan memudahkan jalanku dan memberi jalan yang aku tak pernah duga.

Cezembre 318, 11022010, 22.16

IBADAH DAN/ATAU ILMU

"Carilah ilmu yang tidak mengganggu ibadah, dan carilah ibadah yang yang tidak mengganggu menuntut ilmu kita" (Imam Hasan Al Basri)
Sewaktu di Jakarta, aku pernah mengikuti pengajian yang diisi oleh Ustadz Ihsan Hakim. Beliau termasuk pengisi rutin di tempat tersebut. Karena rutin, pengajian ini menggunakan silabus alias topik nya berhubungan antara hari yang satu dengan berikutnya.

Bulan itu, aku ingat sekali, pembahasannya mengenai Adab Menuntut Ilmu. Kala itu, aku sudah mendapat kepastian akan berangkat ke Perancis untuk mengambil gelar Master namun belum banyak yang mengetahui, hanya segelintir orang saja.

Entah, hal apa yang membuatku membuka file pengajian pada malam ini. Di file tersebut aku menemukan quote seperti yang tertulis diatas. Aku coba telaah dan ingat-ingat lagi materi yang disampaikan waktu itu, namun ternyata ingatan ku tidak sebagus yang aku kira.

Satu hal yang pasti, aku merasakan sebuah keraguan, dilema ataupun inbetween. Dua hal antara ilmu dan ibadah, hal yang saat ini aku rasakan sangat karena ditempat aku ini, kedua hal tersebut sulit untuk berjalan beriringan. Aku pun tidak bisa menyikapi hal tersebut dengan cara yang tepat. Mungkin tepat disini dalam artian tepat menurut agama.

Menurut pengajian yang aku ikuti disini, para penceramah selalu berkata bahwa kita sebagai warga minoritas dan selalu terdesak akan keadaan, sehingga kita bisa melakukan ibadah sholat dengan jama’. Itu salah satu contoh. Namun, bila kembali pada kalimat diatas, berarti proses mencari ilmu itu mengganggu kehidupan ibadah.

Ketika aku menanyakan case yang sama kepada beberapa ustadz kondang yang pernah aku hadiri ta’lim nya. Mereka memberikan pandangan, sesulit apapun, selalu usahakan sholat tepat waktu dan tinggalkan aktivitas keduniawian. Aku sangat setuju dengan ini, tapi berarti secara tak langsung apabila aku usahakan untuk sholat tepat waktu dan tanpa di jama’, itu akan mengganggu proses pencarian ilmu aku disini.

Mungkin, aku harus bertemu langsung dengan Imam Hasan Al-Basri untuk menanyakan penjelasan kalmat beliau dan solusi terbaik darinya.

05 February 2010

BILA SEMUA ORANG MENGETAHUI IBADAH SHOLAT

Kendala hidup di negara yang agama Islam bukan sebagai agama kaum mayoritas kembali terasa. Aku lagi-lagi merasakan sulitnya memperoleh waktu dan tempat untuk beribadah. Jadwal kuliah yang menyambung tanpa henti diiringi workgroup untuk tugas kelompok kembali menjadi kendala. Terlebih, sudah 2 kali berturut aku mengganti Sholat Jumat aku dengan Zuhur. Itupun harus di Jama’ dengan Ashar.

Banyak pihak mengatakan, kita terjebak dalam keadaan. Namun aku selalu berpikiran, mengapa kita kalah dengan aturan buatan manusia. Mencoba mengakali keadaan dengan kecerdasan yang aku miliki namun tetap, di lubuk hati ini merasakan ketidaksempurnaan dalam beribadah. Ibarat kata, kurang afdhal.

Sebuah contoh, aku pernah mencoba “colongan” izin keluar kelas untuk tujuan sholat zuhur tanpa di jama dengan ashar. Keluar dan wudhu di wc yang jelas-jelas tidak ada keran untuk kaki. Sehingga mengakibatkan lantai menjadi becek. Dilanjutkan dengan mecari ruangan kosong. Setelah berkeliling dan akhirnya menemukan ruangan, sholat nya pun dirasa tidak tenang. Simpel, aku masih merasa ragu dan takut dikira aneh bila saja tiba-tiba ada orang non-muslim datang membuka pintu ruangan. Aku yakin nantinya dia akan terheran. Padahal, aku tahu benar bahwa, semua lapisan tanah di bumi ini layak dijadikan tempat sujud. Tinggal menaruh kertas atau kain bersih di bagian muka, Voila kita sudah bisa beribadah.

Memang, disini ada wadah pengajian online. Namun akhir-akhir ini, aku benar-benar butuh sebuah “charger hati” langsung. Duduk sila mendengarkan sang ustadz berceramah dan mengajukan pertanyaan. Bukan hanya berupa mendengar suara dan diiringi dengan kegiatan lain seperti membuka email ato membereskan buku.

Dipikir lebih dalam, beribadah dan beraktifitas di negara Indonesia benar-benar seimbang dalam hal proporsi. Pembagian waktu yang adil dan tersedianya tempat tanpa perlu takut dilihat orang. Berharap suatu saat semua makhluk ciptaan Allah dapat mengerti mengenai ibadah sholat. Aku yakin tidak perlu was-was bila sholat sendirian di ruangan kosong. Dan aku tidak perlu berbohong izin ke wc. Dan pastinya, aku bisa melaksanakan sholat jumat tanpa diganti dengan zuhur bahkan aku pun tidak perlu menjama.